Selasa, 30 September 2014

My Birthday Trip (Indonesia, Singapore, Thailand, and Cambodia) - Part 5



Day 5 – Grand Palace, Wat Pho, Wat Arun, Pratunam, Asiatique


Ini hari efektif yang terakhir untuk liburan kami kali ini karena besok pagi-paginya kami harus sudah ada di bandara untuk pulang. Pagi ini, sesuai saran dari ibu-ibu penjual kaos di Chatuchak, kami sepagi mungkin berangkat ke Grand Palace. Hal inilah yang saya sesali belakangan. Karena sebenarnya nggak perlu terlalu pagi ke Grand Palace dan Wat Pho. Seharusnya saya bisa pagi-pagi ke Kawasan Phra Kanong terlebih dulu untuk melihat tempat penghormatan bagi Mae Nak, hantu wanita legendaris dari Thailand yang sering say atonton film-filmnya. Lalu siangnya baru saya ke Grang Palace. Begitu seharusnya. Tapi ya sudahlah, mungkin itu artinya saya musti balik lagi kapan-kapan, hehe.

Grand Palace      
                                                   
Dari Khao San Road cukup ditempuh berjalan kaki saja sekitar 20 menit. Pagi itu sudah cukup ramai. Kami langsung membeli tiket masuk sebesar 500 baht. Tiket ini jangan langsung dibuang, karena termasuk tiket masuk ke Vivanmek, istana dengan bahan kayu jati terbesar, dan berlaku selama 7 hari. Letaknya memang agak jauh dari Grand Palace. Tiket itupun nggak bisa kami pake karena besoknya kami sudah harus pulang. Kalopun mau hari itu kami kunjungi, Vivanmek sedang tutup karena hari itu adalah hari Senin. Gedung Vivanmek memang dijadwalkan tutup tiap hari Senin. 









Karena saat itu saya menggunakan rok mini + legging, saya menggunakan kain pashmina sebagai sarung untuk menutupi kaki saya. Bagi yang tidak membawa kain panjang, di kawasan ini disediakan pinjaman dengan catatan menitipkan uang jaminan sebesar 100 baht. Kompleks ini terlihat mewah sekali dengan banyak warna keemasan pada gedung. Di hari yang panas itu, lebih terlihat silau. Di kompleks Grand Palace ini, saya juga bisa melihat Chakri Maha Prasat, semacam istana negara gitu lah. Selebihnya, kami sibuk berkeliling sambil foto-foto aja.
 
Chakri Maha Prasat
Wat Pho

Setelah puas mengelilingi kompleks Grand Palace, kami berpindah lokasi menuju Wat Pho. Kompleks Wat Pho terletak di belakang kompleks Grand Palace. Teorinya sih, kami hanya tinggal keluar kompleks, lalu berputar lewat luar ke bagian belakang gedung. Teorinya simpel. Tapi di hari itu, dimana matahari berasa ada 3, rasanya panas ga ketulungan. Dikuat-kuatin aja deh, namanya juga liburan, jadi panas, capek, tanning badan, itu sih udah biasa. 

Untuk masuk kawasan Wat Pho ini dikenakan tarif 100 baht, udah termasuk bonus air mineral dingin. Wat Pho ini terkenal dengan Reclining Buddha. Bangunan Buddha raksasa yang sedang tidur ini tingginya sekitar 15 meter dengan panjang 43 meter. Di kaki Buddha tertulis simbol-simbol Buddha yang dibuat dari batu mulia. Tampak bling-bling sekali. Di belakang bagian bantal Buddha juga tampak bling-bling, tapi saya sendiri nggak paham terbuat dari apa. Di dekat patung itu juga ada semacam jejeran baskom-baskom yang diisi dengan koin-koin. Kalo kamu berhasil mengisi koin-koin itu sampai baskom terakhir, konon keinginanmu akan terkabul.



Pratunam

Selepas dari Wat pho, sebenarnya kami tinggal menyeberang sungai Chao Praya saja untuk menikmati Wat Arun. Tapi karena saat itu masih siang, dan Wat Arun lebih bagus dinikmati saat sore hari, kami langsung melenceng jalur untuk pergi naek bus ke daerah Pratunam. Bus menuju Pratunam yaitu bus no, 2 dan 60 dengan tarif 6,5 baht per orang. Disini terdapat pasar murah atau kalo mau yang lebih adem masuk mall-nya aja, Platinum Mall. Disana saya langsung masuk mall dengan tujuan cari musala. Begitu saya menemukan musala di dalam mall ini, rasanya malu sekali. Walo kecil, tapi musala ini bersih, cantik, dan terlihat mewah. Bandingkan dengan musala di mall di Indonesia, di Surabaya pada khususnya. Dengan level mall yang sama, tapi musala di mall di Surabaya nggak lebih baek dari musala yang saya datangi ini. Padahal Islam bukanlah agama mayoritas disitu.
Hiasan dinding musala

Tempat wudhu-nya

Wastafel dalam musala

Kembali ke Platinum Mall. Saya sempet muter-muter mall sebentar karena laper mata. Banyak barang-barang bagus dengan harga yang jauh lebih murah kalo dibandingin dengan di Indonesia. Pakaian kerja yang kalo kita beli di Matah*r* saja bisa seharga 200-300rb, disitu saya beli  dengan harga 200 baht (sekitar 75rb aja). Belum lagi kalo kita pergi ke pasar murah di seberang mall. Beli tiga pc bakal dapet harga yang bikin saya histeris dalam hati. 

Wat Arun

Selepas dari daerah Pratunam, saya kembali lagi ke kompleks candi-candi tadi. Saya langsungmenuju penyeberangan kapal di Chao Praya untuk menuju Wat Arun, The Temple of The Dawn. Tiket masuk Wat Arun ini lebih murah, hanya 50 baht saja. Kami disini tidak terlalu lama, karena kami musti kembali lagi ke tempat penyeberangan tadi untuk berganti kapal meuju Asiatique.


Asiatique

Kami kembali ke dermaga awal saat kami akan menyeberang ke Wat Arun. Setelah itu muncul kapal penumpang berbendera oranye (ini kapal dengan tarif yang paling murah), biayanya hanya 15 baht, turun di Saphan Taksin, kemudian dilanjut shuttle boat ke Asiatique (gratis). Kompleks ini lebih mirip pasar malam, dengan kafe-kafe dan toko-toko yang menawarkan banyak barang, tentunya dengan harga yang sedikit lebih tinggi dibandingkan Pratunam dan Chatuchak. Ada juga bianglala dengan tarif 250 baht untuk melihat keindahan kota Bangkok di malam hari. Puas mengitari Asiatique, kami kembali naek shuttle boat menuju Saphan Taksin. Berhubung boat terakhir hanya sampai pukul 19.30, dari Saphan Taksin kami naek bus no.1 ke Khao San Road. Hari itu kami langsung kembali ke hostel untuk packing karena besok pagi-pagi sekali kami harus kembali ke Indonesia.


Bianglala

Salah satu sudut di Asiatique

Juliette Park, ada gembok cinta-nya juga

Day 6 – Long Way Road To Go Home

Pagi itu kami bangun pagi-pagi sekali dengan harapan nggak telat untuk sampai bandara. Setelah sarapan, kami langsung naek tuk-tuk untuk pergi ke Phaya Thai Station. Dari Phaya Thai langsung naek Airport Link menuju Bandara Suvarnabhumi. Tapi bukan kami namanya kalo nggak perlu lari-lari di bandara. Pesawat kami berangkat pukul 10.25, sedangkan kami baru sampai meja check in pada pukul 09.50. Kebiasaan buruk yang sulit hilang ya. Masih harus mengantri pula di imigrasi. Kami harus bermandi keringat untuk mencapai gate tempat pesawat kami boarding. 

Syukurlah kami masih sempat mengejar pesawat. Pesawat kami transit di Singapura. Disini lagi-lagi kami nggak bisa keluar ke daerah Kallang untuk pegi ke restoran favorit kami, huhuhu. Beneran deh, saya kangen masakan disana. Menunggu pesawat berikutnya yang akan membawa kami ke Jakarta selama 4 jam, kami sibuk mencari-cari coklat lagi untuk oleh-oleh orang di kantor.
 
@Changi Airport
Pukul 18.00 waktu setempat, kami terbang menuju Jakarta. Duh, badan rasanya udah pengen gegoleran aja saking capeknya. Daaaannnn...belum selesai sampai disitu, kami harus menunggu lagi penerbangan berikutnya ke Surabaya pukul 22.35. Seumur-umur rasanya baru kali itu saya muak naek pesawat, oper sampe 3x. Perjalanan panjang pun berakhir di Surabaya pada tengah malam. Kami sampai kos pada dini hari. Badan rasanya lemes tapi senengnya pake banget. Dalam hati saya berjanji, buat rajin menabunglagi untuk trip selanjutnya. Belom kapok ceritanya, hehe

...Where's the next?...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar