Ini dia salah satu trip yang
paling saya tunggu-tunggu. Maklum, jarak antara beli tiket dengan keberangkatan
selisih hampir 1 tahun lamanya. Dengan beberapa pertimbangan tertentu, akhirnya
saya putuskan untuk trip di pertengahan bulan September. Sebelum saya
menceritakan trip saya kali ini, sebelumnya saya pengen cerita tentang “cobaan-cobaan”
di trip ini. Mungkin selama saya pergi kemana-mana, ini adalah trip yang paling
terkena banyak cobaan, hehe.
Pertama, berkurangnya personel. Dari
5 personel awal, yang tersisa di akhir hanya tinggal 2 orang (termasuk saya). Kedua,
3 bulan sebelum keberangkatan, saya dapet berita kalo maskapai yang saya
tumpangi sedang pailit, otomatis semua penerbangan dibatalkan. Rasanya pengen
garuk-garuk tanah denger kabar begitu. Syukurlah, maskapai tersebut berbaek hati
mengurus pengalihan penerbangan, jadi kami bisa tetap bisa PP Jakarta-Bangkok dengan
catatan membutuhkan waktu yang lebih lama karena harus transit di Singapura.
Sampai disini masih oke. Ketiga, cuti saya yang berkali-kali ditolak. Untuk yang
satu ini, saya sih pantang menyerah, mungkin jarak waktu saya ambil cuti
terlalu lama, sehingga saya putuskan untuk mengajukan cuti 2 minggu sebelum
hari H. Kemepetan? Biar...haha.
Nah, ini dia yang paling bikin
lemes kaki. Saat 3 minggu sebelum keberangkatan, muncul kabar yang kurang enak.
Ada kabar kalo pekerjaan rutin saya, yang notabene memang sudah jadi kewajiban
dan tanggung jawab saya akan dimajukan
jadwalnya dari bulan Oktober ke bulan September. Makin dekat harinya,
makin nggak menentu nasib saya. Sementara teman saya sudah dapat cuti, tapi
saya-nya yang belum pasti. Dan ketika kabar pasti saya terima,
dueeenkkksss...benerlah...mepet dengan waktu keberangkatan saya. Saya rencana
berangkat dari Surabaya ke Jakarta tgl 10 September, dan dari Jakarta ke
Bangkok tgl 11 September esok harinya, sedangkan kerjaan saya mengharuskan saya
ada di Bandung tgl 8-11 September. Rasanya waktu itu putus asa, sia2lah apa
yang sudah saya persiapkan selama ini. Tapi, setelah pikiran saya sudah agak
cerah, saya putuskan untuk tetap berangkat ke Bandung demi pekerjaan, dan langsung
pergi ke Jakarta tgl 11 September dini hari demi mengejar pesawat saya. Itu
dengan catatan kalo saya mampu mengerjakan kerjaan sebelum deadline. I was on
fire at that time, haha. Bener-bener termotivasi. Singkat kata, akhirnya dengan
tetesan keringat dan cucuran air mata (lebay dikit gapapa ya), bisa berjalan
juga rencana trip ini. Okay...now back to main topic.
Day 1. Bandung – Jakarta, Jakarta
– Singapura, Singapura – Bangkok
Jadi, seperti yang saya ceritakan sebelumnya, karena
sebelum keberangkatan saya, saya harus menyelesaikan pekerjaan kantor sebelum
deadline, jadi 2 malam terakhir, saya nggak bobok sama sekali. Believe it or
not, but that’s the fact. Saya mantengin laptop aja dari pagi sampe malem sampe
pagi lagi. Di pikiran saya, asal kerjaan itu segera selesai dan saya bisa
segera pergi ke Jakarta pada dini harinya.
Saya memesan jasa travel X-trans dari
Bandung ke Jakarta dengan tarif Rp.125.000,- dari pool-nya di daerah Cihampelas
langsung menuju Bandara Soekarno Hatta Cengkareng. Saya berangkat pukul 02.30
dini hari. Jadi, saat malam sebelumnya saya nggak tidur sama sekali, di malam
terakhir itu saat kerjaan sudah selesai, saya tetap takut untuk tidur. Kuatir
nggak bisa bangun karena harus berangkat pukul 02.00 pagi dari hotel tempat
saya menginap ke daerah Cihampelas. Saya berencana untuk tidur di perjalanan
saja.
Saya sampai di Bandara Soekarno
Hatta Cengkareng pukul 05.00 pagi. Alhamdulillah, masih terkejar juga subuh.
Karena pesawat saya take off pukul 09.45, saya bisa santai, cari sarapan, dan
sebagainya. Soal mandi sudah saya lakuin di Bandung sebelum berangkat (niat
bener dah ah...). Untuk pertama kalinya, saya nggak perlu lari-lari dan buru-buru di
bandara, hehe. Biasanya suka dateng mepet-mepet sih. Sesuai jadwal, saya berangkat
dari Jakarta untuk transit di Singapura selama 3 jam. Rencananya saya pengen
keluar bandara ke restoran favorit saya di daerah Kallang. Tapi menurut saran petugas di informasi, sepertinya waktu saya nggak cukup untuk keluar masuk
imigrasi, hiks. Akhirnya saya harus puas muter-muter bandara sambil cari oleh-oleh
titipan coklat dari orang kantor. Oh ya, saat menunngu pesawat, saya sempat
diajak untuk ikut semacam game dari pihak bandara. Waktu itu permaenan tebak
kata. Hadiahnya lumayan, water colour, masker, dan map cantik. Rejeki anak
sholehah nih, hehe. Akhirnya, pukul 15.30 waktu setempat, pesawat saya
berangkat ke Bangkok dan tiba pukul 17.00 waktu setempat.
Rasanya saat menginjakkan kaki di
Bangkok tuh ya nggak terkatakan. Teringat semua kendala-kendala yang sebelumnya saya
alami, tapi finally I can make it. Bersyukur banget. Dari Suvarnabhumi Airport,
saya langsung berencana ke tempat menginap saya di Charoendee Hostel, di
kawasan Khao San Road.
Suvarnabhumi Airport |
Anak yang pake baju merah itu nggak sedang selfie lho, dia sedang ngaca benerin bandonya |
Kembali ke bus, inilah yang di luar perkiraan
kami, bus yang ditunggu-tunggu lama banget datengnya. Akhirnya kami naek tuk-tuk dengan
tarif 80 baht (itu tergolong murah). Sesampainya di hotel, kami beres2 dan bersih
badan sebentar dan langsung keluar untuk cari makan.
Khao San Road dan Charoendee
Hostel
Kawasan ini sudah terkenal
surganya backpacker. Kawasan yang nggak pernah tidur sampe pagi. Buat yang ragu
atau punya pengalaman buruk menginap disini karena terlalu berisik, saya berani
jamin kalo hal itu nggak terjadi pada saya. Nyatanya hostel yang saya pesan
untuk 5 malam cukup tenang.
Terletak di tengah-tengah Khao San Road (masuk gang
sedikit), kamar yang saya huni sangat nyaman. Dengan model bangunan lama namun bersih
(baik kamar tidur maupun kamar mandi), pelayanan yang ramah, tempat strategis,
wifi ngebut, harga yang terjangkau, itu sudah sangat memadai buat saya. Kamar
saya bertarif sekitar Rp.90.000,- per malam per orang. Satu kamar saya tempati
berdua dengan teman saya.
Hostel tampak depan |
Ini dia kamarnya |
Sampai hari terakhir, kami nggak sadar kalo jendela itu nggak pernah ditutup :D |
Lorong berlantai kayu |
Kamar mandinya nih |
Salah satu sudut ruangan |
Di Khao San Road udah tersedia banyak makanan. Baik makanan yang normal atau makanan yang ekstrim, seperti serangga atau kalajengking goreng. Untuk ambil fotonya aja, kita perlu bayar 10 baht. Saya memutuskan untuk membeli sate daging sapi dan daging ayam seharga 10 baht per tusuk. Lalu untuk main course-nya, saya dan teman saya memilih pad thai udang dan telur. Pad thai ini mirip2 kwetiau. Karena hari itu perjalanan saya cukup panjang dan
maraton, ditambah saya yang kurang tidur, saya dan teman saya memutuskan untuk
jalan2 saja sekitar Khao San Road lalu kembali ke hostel untuk beristirahat
biar fresh beraktivitas esok harinya.
Day 2 – Madame Tussaud, Siam
Ocean World, National Stadium, Road to Cambodia
Salam
BalasHapus....
Jom gi bandung!! Habiskan masa terbaik tuan/puan disini Kami bisa hantarkan untuk berpusing pusing dengan harga jimat dan service bintang 5 tuan/puan bisa bersenang senang menikmati cantik nya kota bandung. Sila hubungi IRDI TOUR BANDUNG berkenaan promosi percutian di Bandung,atau melayari
Blog : htt:keretamurahpelancongan.blogspot.com
Contact Person : +6281322167717
Whatsapp : +6281214741600 / +6281220477335
Email : irditour.bandung@yahoo.com
Dijamin Irdi bagi harga sangat murah dan berpatutan serta layanan yang sangat baik Facebook Irdi tour Bandung amat mengalu-alukan kedatangan Tuan / Puan.
Waalaikumussalam