Senin, 30 Maret 2015

Pebruary Trip. Day 3. Kuala Lumpur (Pasar Seni, Batu Caves, KL Tower, Petronas Tower)

Hari ini perjalanan kami hanya berputar-putar di sekitaran Kuala Lumpur. Jadi kami bisa sempat sarapan di penginapan, nyobain fasilitas roof top bar yang termasuk salah satu fasilitas yang diunggulkan di hostel ini, Backpackers Travellers Inn. Pagi itu, kami berencana check out. Tapi karena barang-barang kami agak berat untuk dibawa berkeliling, jadilah kami menitip barang-barang ke petugas hostel.

Breakfast @ Roof Top Bar
Pasar Seni dan Batu Caves

Kami pergi ke Batu Caves dengan menggunakan KTM (komuter). Kami naik dari Pasar Seni. Pasar Seni ini tidak terlalu jauh dari daerah China Town tempat kami menginap. Tempat ini biasanya juga menjadi tempat tujuan turis untuk berwisata atau berbelanja. Tidak jauh dari Pasar Seni inilah stasiun tempat komuter berada. Hanya sekali naik transportasi umum untuk menuju ke Batu Caves dengan tari RM 2.
 
Pasar Seni
 
Sungai di Kuala Lumpur yang bersih

Menuju komuter

Stasiun Komuter



Tiket komuter menuju Batu Caves

Suasana dalam komuter

Ada gerbong khusus wanita juga

Hari itu bertepatan dengan acara umat Hindu, yaitu Thaipusam. Tidak heran jika di dalam kereta, didominasi oleh warga keturunan India yang akan pergi beribadah. Thaipusam adalah upacara sebagai bentuk rasa syukur pada dewa dan untuk menebus nazar atau menebus dosa-dosa yang dilakukan. Saya mendengar bahwa dalam upacara  ini terkadang ada aksi ekstrim yang dilakukan, misalnya menusuk benda tajam pada tubuh. Tapi saat itu, saya tidak melihat aksi itu. Yang saya lihat hanya orang-orang berjalan tanpa alas kaki ke arah kuil, dan banyak anak-anak yang kepala digundul serta diberi bubuk berwarna kuning.
 
Full orang India
Hari itu Batu Caves sangat ramai sekali. Sebelum menuju ke Patung Dewa Murugan yang tingginya mencapai lebih dari 40 meter, kami masuk ke Gua Ramayana. Berhubung di sana begitu banyak orang tumpah ruah, dan untuk melewati Gua Ramayana, saya harus melewati pasarnya orang-orang India, saya sempatkan untuk membeli baju dan gelang-gelang India untuk oleh-oleh. 
 
Ada bianglala-nya

Patung Hanuman raksasa di depan Gua Ramayana

Pasar India

Tiket masuk Gua Ramayana sebesar RM 5. Di depan gua berdiri patung Hanuman raksasa. Jadi Gua Ramayana gampang dicari dari kejauhan. Pintu masuk yang sempit, dibagi 2, menjadi pintu masuk dan keluar, ternyata tidak sama dengan di dalamnya. Ternyata di dalam gua sangat luas. Ada stalagtit di dalam gua, bahkan ada air terjunnya.




Pintu masuk ke Gua Ramayana








Ada air terjunnya

Luas kan?




Suasana yang padat di sekitar Batu Caves

KL Tower

Lepas dari Batu Caves, kami pergi ke KL Tower. Dari Batu Caves naik Komuter ke KL Sentral, lalu disambung LRT. Agak berjalan sedikit untuk menuju KL Tower. Sampai di gerbang, ada mobil antar jemput untuk menuju tower-nya, dan ini gratis tidak ditarik biaya sedikitpun. Di KL Tower ada berbagai macam tujuan yang bisa dinikmati, antara lain : Observation Deck, Open Deck, XD Theater, F1 Simulation, dan Blue Coral Aquarium. 



Antrian masuk KL Tower



Tiket masuknya...lumayan mahal

China Town dan Petronas Tower

Setelah dari KL Tower, kami kembali ke daerah China Town ke penginapan untuk mengambil barang-barang kami. Sebelumnya kami mampir terlebih dulu di China Town untuk membeli oleh-oleh. Sebelum ke Petronas kami mampir ke tempat teman di Setia Sky Residence. Mala mini rencananya kami akan menginap disitu.
 
China Town
Malam itu hanya kami isi di Suria KLCC saja untuk makan malam bersama dan menonton Air Mancur Menari, yang hanya bisa disaksikan pada hari Sabtu dan Minggu malam.
 
Air mancur menari


Pojok favorit saya di Suria KLCC

View dari kamar saya menginap malam itu

Jacuzzi @ Setia Sky Residence

Besok paginya, kami harus segera berangkat dari Setia Sky Residence menuju KL Sentral untuk dilanjutkan menuju bandara. Karena pesawat kami berangkat pukul 7.30 jadi kami harus sudah sampai KLIA2 paling tidak pukul 5.30. Kami berangkat menggunakan taksi dari Setia Sky pukul 4 pagi. Untuk memesan taksi, saya menggunakan aplikasi MyTeksi. Bisa didownload di smartphone. Dan hanya dengan klik sana sini sesuai petunjuk dan menentukan dimana lokasi kita saat itu, nggak sampe 5 menit, taxi driver-nya yang langsung menelpon saya untul memastikan pesanan. Saking cepetnya, saya sampe kaget nggak percaya. Begitu mudahnya memesan taksi dengan aplikasi MyTeksi. Berguna banget nih saat jam-jam sibuk atau malah jam-jam sepi seperti jam-jam yang saya pesan, karena saat itu pastilah transportasi publik belum beroperasi.

Saat di KL Sentral, karena waktu masih memungkinkan, saya naek bus ke KLIA2 dengan tari RM 10. Bahkan belum masuk waktu subuh saja, kami sudah menginjak KLIA2. Sudah waktunya kembali ke Surabaya – Indonesia untuk kembali ke rutinitas dan berkarya.

...What's Next?...

Kamis, 26 Maret 2015

Pebruary Trip. Day 2. One Day In Melacca




Hari itu kami mulai pagi-pagi sekali. Kami berangkat dari hostel tempat kami menginap di China Town sekitar pukul 5.30 pagi, karena jam operasional LRT yang pertama adalah pukul 06.00. Kami berangkat dengan LRT dari China Town menuju Terminal Bersepadu Selatan (TBS). Walaupun namanya terminal tapi begitu masuk ke dalamnya, mungkin setara dengan beberapa bandara di Indonesia, hehe. Sangat teratur, modern, dan bersih.
 
Suasana di dalam TBS


Tiket sudah dibeli di hari sebelumnya dengan harga RM 13,4. Harga tiket dari Kuala Lumpur ke Malaka beragam, berkisar antara RM 10 – 13,4. Tergantung jenis bus dan jam keberangkatan. Saya sendiri merekomendasikan bus KKKL Ekspress atau Transnasional.

Tiket bus KKKL Ekspress dari KL - Melaka
Bus-nya nyaman sekali. Sangat eksklusif. Terdiri dari 2 bangku di sebelah kanan dan 1 bangku di sebelah kiri. Ada juga bus yang masing-masing terdiri dari 2 bangku di sebalah kanan dan kiri, namun di bagian belakang bus, bangku dipisahkan satu-satu. 
 
Di dalam bus KKKL, bangkunya dipisah menjadi 2bangku sebelah kanan dan 1 bangku sebelah kiri
Perjalanan kami tempuh sekitar 2 jam perjalanan dan tiba di Melaka Sentral. Kami menyempatkan diri untuk sraapan di salah satu kedai yang menjual makanan khas Melayu dan Thailand. Saya sendiri saat itu memesan Fried Rice Tom Yum. Setelah mengisi perut, kami lalu naik bus dengan tarif RM 1,5 ke pusat kota Melaka, Mahkota Parade.  Dan langsung turun tepat di depan destinasi wisata kami, di Dataran Quayside.
 
Melaka Sentral

Melaka Sentral

Bus Melaka
Dataran Quayside
Salah satu papan penunjuk jalan di Red Square. Lokasi yang ditunjuk jauh banget yak
Untuk menjelajahi Melaka dalam waktu sehari bukanlah hal yang tidak mungkin karena beberapa destinasi wisata di Melaka terletak dalam satu kompleks atau berdekatan, sehingga bisa ditempuh dengan berjalan kaki.

Stadthuys (Balai Kota Melaka)
 
Bus kami pun berhenti di depan Red Square. Letaknya tepat di tengah kota. Dan tempat-tempat destinasi wisata sehari kami pun ada di sekitarnya. Berikut adalah nama-nama tempat yang bisa dikunjungi dalam sehari karena letaknya berdekatan dalam satu wilayah.
 
Red Square

Kompleks Museum

Ini merupakan tempat yang penuh dengan berbagai macam museum. Rasanya apa-apa saja bisa dimuseumkan, terdiri dari Museum Sejarah dan Etnografi, Museum Sastera, Galeri Laksamana Cheng Ho, Museum Pemerintahan Demokrasi, dan Museum Yang Di-Pertua Negeri. Istimewanya lagi, semua bisa dimasuki secara gratis. 

Bagi yang ingin berkeliling daerah Quayside, Kompleks Museum, dan seputaran Stadthuys tapi tidak ingin berjalan kaki, disediakan juga becak hias dengan tarif RM 40. Becak-becak ini dihias sedemikian rupa, mirip odong-odong tapi lebih bagus. Tidak lupa dilengkapi dengan musik-musik yang disetel lumayan keras. Rata-rata sih musik house music, walau ada juga yang saya temui memasang musik yang sangat saya kenal, Sakitnya Tuh Disini-nya Cita Citata. Ternyata dia ngetop juga sampai Melaka ya?
 
Becak hias
Christ Church Melaka
Christ Church Melaka


Menara Jam

Menara Jam Stadthuys

Queen Victoria Fountain


St. Paul Church
Pintu masuk menuju St. Paul, harus naik tangga dulu ya

Di depan monumen St. Paul

St. Paul Chhurch

Suasana di samping gedung

Di dalamnya sering dipakai untuk lokasi foto prewedding

Nisan di dalam gereja...besar banget
Sungai Melaka



Bersih banget yak

Kincir Angin Melaka


Kincir Air Kesultanan Melaka


Benteng Sungai Melaka



Menara Taming Sari


Menara Taming Sari saat dilihat dari atas St. Paul Church

Muzium Samudera

Replika Kapal Portugis  Flor de La Mar. Di dalamnya memuat cerita sejarah tentang Melaka, terutama yang berkaitan di bidang perdagangan dan kelautan. Berada di dalamnya berasa berada di dalam kapal jaman dulu. Biaya masuk untuk turis asing sebesar RM 6.






Jonker Street Walk

Belum lengkap ke Melaka kalau belum berjalan-jalan di Jonker Street Walk. Disini kita bisa mencoba berbagai macam kuliner dan berbelanja. Mulai tampak terlihat ramai saat sore hari sekitar pukul 17.00 dan akan semakin ramai saat malam hari. Untuk yang muslim, perhatikan dahulu sebelum membeli makanan, tapi biasanya penjual akan memberi tahu jika makanan yang mereka jual termasuk halal atau tidak (mengandung babi).

Salah satu icon di Jonker Street Walk

Cafe tempat kami makan

Makan siang kami yang kesorean



Jajanan
Kami makan siang di salah satu kafe di Jonker Street, makan siang yang agak telat sebenarnya, karena saat itu sudah sekitar pukul 18.00. Sayangnya kami tidak sampai terlalu malam di Jonker Street karena kami harus segera kembali ke Kuala Lumpur tepat pukul 20.15 dari Melaka Sentral. Tiket kami beli seharga RM 13,6. Karena kami terburu-buru, kami memutuskan untuk naik taksi saja ke Melaka Sentral, tidak dengan bus karena dikhawatirkan akan jalan memutar dan terkena macet. Beruntung, kami sempat bercakap-cakap dengan sekelompok bapak-bapak yang sedang mengobrol di depan Stadthuys. Salah seorang dari mereka membantu untuk menawar harga taksi. Oh ya, taksi di Melaka lenih banyak menggunakan sistem tawar-menawar (bukan argo), sehingga untuk turis sebaiknya berhati-hati dan tahu berapa kisaran harga yang pantas untuk tarif taksi. Kami dikanakan biaya RM 15 dari Stadthuys ke Melaka Sentral. Cukup murah menurut saya, tidak terlalu beda jauh dengan harga taksi di Indonesia.
Tiket Bus Transnasional dari Melaka - KL

Bus yang kami tumpangi pulang berangkat tepat pukul 20.15. Kami sengaja memilih jam yang tidak terlalu malam agar tidak kehabisan jadwal LRT. Jam operasional terakhir adalah pukul 23.00. Tarif LRT bergantung jauh dekatnya tujuan, sekitar RM 1,2 per stasiun pemberhentian. Hampir pukul 00.00 kami sampai di penginapan. Kami segera beristirahat untuk persiapan perjalanan besok paginya. Capek tapi seneng.

...to be continue...