Rabu, 26 November 2014

Back To Jakarta

"Saya  tidak tau, antara langit atau hati ini
mana yang lebih membiru.
Dan jangan tanya tentang gelap, dia ada sejak lama.
Jika sekedar kabar, saya baik2 saja"
(Anonymous)

Saya pernah membaca kutipan ini di internet, entah siapa yg penulisnya. Tapi dia berhasil dengan sukses menggambarkan perasaan saya, terutama hari ini. Hari ini, di tengah padatnya kegiatan saya di Surabaya, tiba2 si bos meminta untuk segera berangkat ke Jakarta demi pekerjaan yang sangat penting...dan saat itu juga. Tanpa berganti pakaian, tanpa persiapan yang macam2, dan tanpa persiapan hati dengan matang, saya berangkat ke bandara. Beli tiket go show (untung dapet). Singkat kata, saya sudah di Jakarta.

Dan bukan hanya ada di kota ini. Kota yang rencananya akan saya hindari dulu untuk sementara demi menata hati, justru saya harus ada disini seketika. Saya kembali lagi. Kembali menyusuri jalan2 dimana saya hendak menemuinya dulu, saya berkali2 lewat tempatnya tinggal (dan secara refleks, saya melihat ke arah kamarnya), saya ke kantornya (ya memang disitu sih tujuan utama saya). Lebih dari itu, disaat saya pergi menemui teman saya, dia berkata seperti ini tadi, "Hari ini dia bagi2 undangan pernikahannya. Baruuuu aja dia kasih undangannya, tiba2 kamu telepon ngabarin kalo kamu dateng. Sampe kaget". Dan saya...saat itu hanya bisa tersenyum.

Finally undangan itu dibagikan juga. Tentu saya bukan termasuk undangan. Jangankan undangan, hingga tulisan ini saya buat, dia sama sekali nggak bilang apa2 secara langsung ke saya (nah, elo tuh siapa, Mel?).

Kalo hari sudah terang ntar, dan saya ketemu dia lagi, di satu sisi hati saya, saya pengen banget berkata sesuatu sekedar selamat. Tapi di sisi laen hati saya, saya mikir, apa nggak lucu atau aneh kalo tiba2 saya, yang notabene dianggap dari dulu nggak ngerti apa2 (padahal sebenarnya tau), tiba2 ngasih selamat? Dan lebih penting dari itu, bisakah saya mengucapkannya dari lubuk hati yang paling dalam? Are you sure, Mel?

:: Masih dengan hati yang kocar kacir
Jakarta, 26 Nopember 2014, 03.04 ::

Kamis, 13 November 2014

Meet Up With Sunrise At Prau Summit



Setelah sekian lama vakum dari kegiatan kemping, naek gunung, dan semacamnya, setelah sekian lama carrier dibawa keluar masuk hotel, bawa kertas, printer, laptop, dan sebagainya...di akhir bulan Oktober kemaren, akhirnya tas carrier saya kembali ke “jalan yang benar”, ada di jalan yang seharusnya. Saya bersama 5 orang teman saya (cewek semua pula) dari Surabaya, pengen berburu sunrise di Gunung Prau, Jawa Tengah. Gunung Prau ada di kawasan Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah. Tahun lalu sebanarnya saya sudah diiming-imingi keindahan gunung ini sama admin akun twitter Dieng Indonesia, tapi kesempatan yang dateng baru setaun kemudian. Berhubung temen saya yang udah pernah kesana ada di Semarang, akhirnya kami ke Prau via Semarang.

Kami berangkat dari Surabaya hari Jumat malam. Dan berhubung saat itu hari Sabtu tanggal merah (libur bulan Suro), kami kesulitan dapet bus karena bus yang ada selalu penuh. Kami sempat mondar-mandir antara terminal dan pool bus, lengkap dengan bawaan “perang” kami. Dari anteng cakep nyari bus 22.30, kami baru dapet bus pukul 1 dini hari. Belom selesai sampe situ, di daerah Lasem, Jawa Tengah, bus yang kami tumpangi mengalami kecelakaan sehingga kami harus turun dan pindah bus.

Bus kami yang kecelakaan itu, kacanya hancur cuy
Kami sampai di Semarang sangat lambat dari perkiraan, sekitar pukul 09.00. Kami langsung mencari sarapan dan pergi ke meeting point di tempat teman saya menunggu. Ternyata teman saya nggak sendiri, dia bersama 5 orang lainnya, jadi grup kami sekarang terdiri dari 12 orang. Kami pergi dengan shuttle ke Wonosobo dari Banyumanik – Semarang. Dari Wonosobo, masih harus pindah shuttle lagi untuk pergi ke kawasan Dieng. Di Dieng, saya dan teman2 saya dari Surabaya sepakat untuk bikin camp di puncak, sedangkan grup teman saya dari Semarang menginap di homestay, dengan perhitungan akan naek sekitar tengah malam untuk sampai di puncak tepat waktu matahari terbit.

Kami...tim hore dari Semarang, Surabaya, dan Ceko

Masih di homestay

Cewek2 semua nih

With Ester...tahan dingin banget dia
Singkat kata, kami berenam yang notabene cewek semua, berencana naek sekitar pukul 21.00. Ketambahan 2 orang cowok, anaknya ibu yang punya homestay (mas-nya baek banget deh nemenin kami *mata belo*), jadi kami 8 orang mulai bergerak ke puncak. Untuk sampai puncak Prau, ada 2 jalur pendakian. Jalur pertama yaitu Jalur Tapak Banteng, hanya sekitar 1,5-2 jam dengan jalur pendakian cukup menanjak dan curam. Jalur kedua yaitu Jalur Dieng dengan perkiraan waktu sampai pundak sekitar 3-4 jam, namun dengan jalur yang relatif lebih mudah karena ada beberapa titik yang lumayan landai. Kami tentu saja memilih jalur kedua, hehe.


Kami sampai di puncak tepat 4 jam sejak dari basecamp pos pendaftaran di kawasan Dieng. Udah nggak kehitung berapa kali beristirahat. Saya bersyukur saat itu cuaca cerah, jadi kami bisa melihat bintang2 dan nggak terkena hujan. Padahal awalnya saya sempat was2, karena hujan sempat turun saat kami perjalanan dari Wonosobo ke Dieng. Rasa dingin nggak terasa saat kami berjalan ke puncak karena badan kami terus bergerak. Yang paling aneh, saya justru ngerasa ngantuk yang amat sangat. Sempat saat beristirahat, saya malah berbaring tidur, untung teman saya bangunin saya dengan semena2 (thanks team :D). Justru dingin mulai terasa saat kami membangun tenda. Kami membangun tenda sekitar pukul 01.00. Saat itu yang terpikir hanya tenda segera tegak berdiri dan kami bisa terlelap mimpi di dalam sleeping bag masing2.


Kami mulai terbangun sekitar pukul 03.30, bersiap2 menunggu sunrise. Ternyata saat itu banyak juga yang mendirikan tenda. Karena hari itu libur tanggal merah, yang menurut teman saya memang saat2 Prau banyak didatangi orang. Puas dengan sunrise, kami sempat sarapan di depan tenda kami. Sarapan kami sederhana, hanya berupa mie instan dan kopi panas. Kami mulai turun pukul 07.00, dan sampai di homestay teman saya tepat pukul 11.00. 

Di depan "rumah" kami

Sampahnya dibawa turun balik ya, Neng...

Tim hore berpose
Udah kayak anak hilang aja
 Ada beberapa teman yang setelah itu masih sempat berkeliling ke Candi Arjuna dan Kawah Sikidang, saya yang sudah pernah ke beberapa tempat di Kawasan Dieng, seperti Candi Arjuna, Kawah Sikidang, Dieng Plateau Theater, Gardu Pandang Tieng, Danau Telaga Warna, dan sekitarnya...memilih untuk mandi dan berdiam di homestay menunggu shuttle yang menjemput kami untuk kembali ke Wonosobo. Sayonara, hope I can see you again very soon :)

Di pintu gerbang Wonosobo saat perjalanan pulang
Dari perjalanan ini, salah satu hal yang saya pelajari adalah : "Mungkin saya akan butuh waktu lebih lama daripada orang lain karena saya akan beberapa kali berhenti untuk beristirahat. Tapi yang pasti saya nggak akan berhenti untuk menyerah"