Setelah sekian lama vakum dari kegiatan kemping, naek
gunung, dan semacamnya, setelah sekian lama carrier dibawa keluar masuk hotel,
bawa kertas, printer, laptop, dan sebagainya...di akhir bulan Oktober kemaren, akhirnya
tas carrier saya kembali ke “jalan yang benar”, ada di jalan yang seharusnya.
Saya bersama 5 orang teman saya (cewek semua pula) dari Surabaya, pengen
berburu sunrise di Gunung Prau, Jawa Tengah. Gunung Prau ada di kawasan Dieng,
Wonosobo, Jawa Tengah. Tahun lalu sebanarnya saya sudah diiming-imingi
keindahan gunung ini sama admin akun twitter Dieng Indonesia, tapi kesempatan
yang dateng baru setaun kemudian. Berhubung temen saya yang udah pernah kesana
ada di Semarang, akhirnya kami ke Prau via Semarang.
Kami berangkat dari Surabaya hari Jumat malam. Dan berhubung
saat itu hari Sabtu tanggal merah (libur bulan Suro), kami kesulitan dapet bus
karena bus yang ada selalu penuh. Kami sempat mondar-mandir antara terminal dan
pool bus, lengkap dengan bawaan “perang” kami. Dari anteng cakep nyari bus
22.30, kami baru dapet bus pukul 1 dini hari. Belom selesai sampe situ, di
daerah Lasem, Jawa Tengah, bus yang kami tumpangi mengalami kecelakaan sehingga
kami harus turun dan pindah bus.
|
Bus kami yang kecelakaan itu, kacanya hancur cuy |
Kami sampai di Semarang sangat lambat dari perkiraan,
sekitar pukul 09.00. Kami langsung mencari sarapan dan pergi ke meeting point
di tempat teman saya menunggu. Ternyata teman saya nggak sendiri, dia bersama 5
orang lainnya, jadi grup kami sekarang terdiri dari 12 orang. Kami pergi dengan
shuttle ke Wonosobo dari Banyumanik – Semarang. Dari Wonosobo, masih harus
pindah shuttle lagi untuk pergi ke kawasan Dieng. Di Dieng, saya dan teman2 saya dari Surabaya sepakat untuk
bikin camp di puncak, sedangkan grup teman saya dari Semarang menginap di
homestay, dengan perhitungan akan naek sekitar tengah malam untuk sampai di
puncak tepat waktu matahari terbit.
|
Kami...tim hore dari Semarang, Surabaya, dan Ceko |
|
Masih di homestay |
|
Cewek2 semua nih |
|
With Ester...tahan dingin banget dia |
Singkat kata, kami berenam yang notabene cewek semua,
berencana naek sekitar pukul 21.00. Ketambahan 2 orang cowok, anaknya ibu yang
punya homestay (mas-nya baek banget deh nemenin kami *mata belo*), jadi kami 8
orang mulai bergerak ke puncak. Untuk sampai puncak Prau, ada 2 jalur
pendakian. Jalur pertama yaitu Jalur Tapak Banteng, hanya sekitar 1,5-2 jam
dengan jalur pendakian cukup menanjak dan curam. Jalur kedua yaitu Jalur Dieng
dengan perkiraan waktu sampai pundak sekitar 3-4 jam, namun dengan jalur yang
relatif lebih mudah karena ada beberapa titik yang lumayan landai. Kami tentu
saja memilih jalur kedua, hehe.
Kami sampai di puncak tepat 4 jam sejak dari basecamp pos
pendaftaran di kawasan Dieng. Udah nggak kehitung berapa kali beristirahat.
Saya bersyukur saat itu cuaca cerah, jadi kami bisa melihat bintang2 dan nggak
terkena hujan. Padahal awalnya saya sempat was2, karena hujan sempat turun saat
kami perjalanan dari Wonosobo ke Dieng. Rasa dingin nggak terasa saat kami
berjalan ke puncak karena badan kami terus bergerak. Yang paling aneh, saya
justru ngerasa ngantuk yang amat sangat. Sempat saat beristirahat, saya malah
berbaring tidur, untung teman saya bangunin saya dengan semena2 (thanks team
:D). Justru dingin mulai terasa saat kami membangun tenda. Kami membangun tenda
sekitar pukul 01.00. Saat itu yang terpikir hanya tenda segera tegak berdiri
dan kami bisa terlelap mimpi di dalam sleeping bag masing2.
Kami mulai terbangun sekitar pukul 03.30, bersiap2 menunggu
sunrise. Ternyata saat itu banyak juga yang mendirikan tenda. Karena hari itu
libur tanggal merah, yang menurut teman saya memang saat2 Prau banyak didatangi
orang. Puas dengan sunrise, kami sempat sarapan di depan tenda kami. Sarapan
kami sederhana, hanya berupa mie instan dan kopi panas. Kami mulai turun pukul
07.00, dan sampai di homestay teman saya tepat pukul 11.00.
|
Di depan "rumah" kami |
|
Sampahnya dibawa turun balik ya, Neng... |
|
Tim hore berpose |
|
Udah kayak anak hilang aja |
Ada beberapa teman
yang setelah itu masih sempat berkeliling ke Candi Arjuna dan Kawah Sikidang,
saya yang sudah pernah ke beberapa tempat di Kawasan Dieng, seperti Candi
Arjuna, Kawah Sikidang, Dieng Plateau Theater, Gardu Pandang Tieng, Danau
Telaga Warna, dan sekitarnya...memilih untuk mandi dan berdiam di homestay
menunggu shuttle yang menjemput kami untuk kembali ke Wonosobo. Sayonara, hope
I can see you again very soon :)
|
Di pintu gerbang Wonosobo saat perjalanan pulang |
Dari perjalanan ini, salah satu hal yang saya pelajari adalah : "Mungkin saya akan butuh waktu lebih lama daripada orang lain karena saya akan beberapa kali berhenti untuk beristirahat. Tapi yang pasti saya nggak akan berhenti untuk menyerah"
Hei heiii.....hore hore....trnyta catatan perjalanan mbolangnya sdh mulai di rekam dalam blog
BalasHapusnulisnya udah lama mbak...gonta ganti blog segala...dari semuanya blogf yg pernah aq punya, ini yg paling awet, hehe
BalasHapuseman juga benere...cerita2 yg di blog lama sempet hilang :(