Kamis, 26 Februari 2015

January Trip. Day 4-6. Penang. Perpaduan Antara Kota Tua dan Modern


Kota yang cantik
Saya dan teman saya menempuh perjalanan dari Hat Yai ke Penang selama sekitar 5 jam dengan mini van. Waktu tempuh normal sebenarnya hanya sekitar 3 jam saja. Tapi berhubung saat itu weekend dan kami menumpang mobil sewaan, sehingga kami harus berputar-putar lebih dulu mengantar penumpang-penumpang yang lain dan penumpang tujuan George Town, ibukota Penang, akan diturunkan terakhir.

Kami menginap di Day and Night Guesthouse di daerah Chulia Street George Town seharga RM45 semalam untuk kamar privat berdua. Chulia Street dan Love Lane adalah nama jalan-jalan di Kota George Town yang dipenuhi dengan hotel-hotel untuk para backpacker seperti kami. Kami sampai di hotel sekitar pukul 15.00, langsung saja kami mandi dan mulai bergegas untuk mengelilingi Penang. Jangan tanya kapan kami istirahat. Kami benar-benar memanfaatkan perjalanan untuk beristirahat. Berbekal peta di tangan, kami mulai mengelilingi Kota George Town Penang.
 
Tampak depan tempat kami menginap

Kamarnya, lengkap dengan AC dan kipas angin (komplit amat yak)

Kamar mandinya, lengkap dengan shower dan air panas

Bangunan tua yang tertata cantik di seluruh kota

Jalanannya bebas macet

Kemana-mana dekat, jalan kaki aja
 
Salah satu art street di Penang
Ternyata tempat-tempat menarik di George Town terletak cukup berdekatan dan bisa dilalui dengan berjalan kaki beberapa menit saja. Terbukti kami sejak sore hingga malam hari bisa berkunjung ke beberapa tempat sekaligus.
 
Cathedral of The Assumption

Penang Time Tunnl

Bisa duduk-duduk di tepi pantai juga


Goddess of Mercy Temple


Sri Maha Mariamman Temple

Untuk makanan, banyak tersedia penjual makanan atau restoran di daerah situ. Waktu itu kami makan di Restoran Kapitan. Teman say abilang restoran itu terkenal di Penang. Ternyata begitu saya masuk ke dalamnya, memang penuh sekali semua tempat duduknya. Dengan harga yang murah, makanan yang enak, dan porsi lumayan besar, saya pikir rasanya pantas kalau resto ini banyak dikunjungi pembeli. Karena bosan dengan nasi lemak, saya memesan nasi goreng. Minumannya susu almond. Ini adalah susu hangat yang dicampur dengan biji almond. Kenyang dobel.
 
Kapitan Resto

Menu makan malam saya

Suasana malam hari sekitar penginapan. Ramai.
Esok harinya kami bangun pagi-pagi untuk berangkat ke Kek Lok Si Temple dan Bukit Bendera. Berhubung selepas itu kami berencana untuk langsung ke bandara menuju Kuala Lumpur, kami sekalian check out hotel. Kali ini, berhubung tempat yang kami kunjungi lumayan jauh, kami berencana berkeliling naek bus. Di Penang, terdapat bus rapid penang yang ongkosnya cukup murah, hanya RM2 per orang. Cukup memasukkan uang ke dalam kotak di dekat sopir, lalu sopir akan memberikan karcis. Di sini kami harus siap-siap banyak uang kecil. Karena uang yang harus diberikan harus pas. Jika berlebih, tidak ada uang kembali. Ada juga bus gratis dan hanya berhenti di halte-halte tertentu. Hanya saja, untuk naik bus ini, kita harus menunggu sedikit lebih lama daripada bus berbayar, karena bisa lewat lebih dari 30 menit.

Saat itu, tempat yang pertama kali kami datangi adalah Kek Lok Si. Dari hotel kami di Chulia Street menuju Kek Lok Si cukup naek bus sekali saja. Kebetulan saya berkenalan dengan seseorang di depan hotel. Kebetulan dia akan sembahyang ke kuil sebelum berangkat kerja. Jadilah kami berangkat bersama-sama. 
 
Tiket bus kami
Kek Lok Si adalah kuil Buddha terbesar di Asia Tenggara dan sangat terkenal di Penang. Untuk menuju kuil ini kita harus berjalan melewati pasar yang menjual cinderamata. Saya membeli beberapa oleh-oleh untuk keluarga dan teman-teman di rumah. Selain itu, saya juga menitipkan carrier saya di salah satu toko. Kalau harus berjalan sedemikian jauh dan naik turun tangga setinggi itu sambil membawa carrier tentu bukan hal yang mudah.


Di kompleks ini terdapat banyak bangunan. Mulai dari banyak ruang untuk berdoa, banyak  patung-patung Buddha, dan juga yang paling mencolok adalah pagoda 7  tingkat. Untuk masuk ke kompleks Kek Lok Si memang gratis, namun jika kita ingin naik ke atas pagoda, harus membayar RM4, cukup murah menurut saya. Apalagi ditambah bisa menuju kuil Dewi Kuan Yin. Tertinggi di Asia Tenggara, karena tingginya mencapai 30 meter. Wow.





Patung Dewi Kuan Yin setinggi 30 meter

Taman di kuil ini cantik sekali


Pemandangan Penang dari atas pagoda lantai 7





Di Kek Lok Si, kita juga bisa memasang pita permohonan atau 'wishing ribbon' dengan membayar RM1 per pita. Macam-macam permohonannya, mulai dari dilancarkan semua urusan, pendidikan sukses, karir lancar, sekolah lancar, dapat pasangan, sampai permohonan untuk perdamaian dunia (mulia sekali ya...).




Sayangnya, saat itu rencana kami mengunjungi Bukit Bendera untuk naik kereta disana tidak terlaksana karena pada saat itu sedang mengalami renovasi. Jadilah kami langsung pergi ke Bandara Penang untuk menuju Kuala Lumpur. Bus ke bandar abisa dicari di komtar. Komtar adalah pusat dari Penang. Mulai tempat perbelanjaan dan angkutan umum, disinilah tempatnya. 

Saya sudah ada janji untuk menemui teman masa kecil saya yang sekarang tinggal di Kuala Lumpur. Walau cuma sehari semalam di Penang, rasanya puas sekali, tempat yang mudah dijangkau, ramah untuk pejalan kaki, makanan yang enak dan murah, pokoknya puas.

Komtar Penang
Sejenak di Kuala Lumpur

Jadi ceritanya, setepas bertolak dari Penang, saya pergi ke Kuala Lumpur untuk menemui teman masa kecil saya disana. Sempat menginap di apartemennya semalam. Nggak banyak yang bisa saya ceritakan disini. Seperti orang-orang lain pada umumnya saat bertemu teman lama, kami jalan-jalan ke mall, duduk, dan bercerita tentang apa saja, nggak lupa bermain dengan baby Bintang yang lucu (oh ya teman saya sudah berkeluarga).

Kamar menginap saya kali ini

Menara Petronas tampak dari balkon saya selepas subuh
 
Saya, Ditha, dan baby Bintang yang lucu

Acara kami full mengunjungi mall ke mall, mulai dari Bukit Bintang, Sungei Wang, Pavillion, dan KLCC. Saya sampe berasa backpacker salah asuhan soalnya maennya ke mall aja, haha. Keliling-keliling mall sampe capek sampe tiba waktunya saya harus kembali ke Surabaya - Indonesia. Nggak banyak kata-kata perpisahan karena saya akan kembali lagi kesana selepas 2 minggu, hehe (InshaAllah akan saya ceritakan di postingan berikutnya).


Tokyo Street di Pavillion Mall

Petronas Tower

Sampai jumpa lagi, Malaysia :)

....What's Next?....

Selasa, 17 Februari 2015

January Trip. Day 3-4. Keliling Hat Yai dengan Motor Sewaan. Gampang kok ^_^

Saya, Gigih, dan motor kami
Saya dan Gigih tiba di terminal bus Hat Yai jam 4 pagi. Lebih cepat 1 jam dari perkiraan. Turun bus masih setengah nyawa karena di perjalanan kami tidur cukup nyenyak. Di terminal sudah banyak sopir tuk-tuk yang menawari tumpangan. Rasanya masih ingnin duduk-duduk saja di situ sembari mengembalikan separuh nyawa yang hilang tadi. Maklum, mata rasanya masih setengah terbuka. Tapi kami nggak berlama-lama berdiam di terminal. Kami lalu menyewa tuk-tuk untuk pergi ke penginapan yang sudah kami sewa melalui situs di internet. Kami menyewa tuk-tuk B100 untuk berdua. 

Kami menginap di Hat Yai Backpackers Hostel dengan biaya B300 semalam untuk private room untuk berdua. Waktu kami sampai di hostel, kondisi masih tutup, maklum jam 5 pagi, matahari belum terbit di Hat Yai. Kami terpaksa duduk di bangku depan hostel menunggu agak terang. 
 
Masih tertutup...hiks
Beruntung keadaan seperti itu nggak terlalu lama. Tepat jam 6 pintu hostel dibuka. Setelah kamar siap, kami bisa langsung masuk, nggak perlu nunggu waktu check in jam 12 siang. Alhamdulillah. Berhubung ngeliat kasur, kami sempatkan untuk tidur sebentar mengingat semalaman kami tidur di bus.


Kamar kami di Hat Yai
Lobi hostel
Meja resepsionis
Pukul 8 pagi, kami bangun tidur dan mulai beraktivitas, mandi pagi dan sarapan di hostel. Kami bertanya ke resepsionis dimana bisa menyewa motor. Ternyata nggak jauh dari tempat itu, ada hostel yang sekalian menyewakan motor. Kami langsung menyewa dengan biaya B250  untuk 24 jam (ada jaminan juga B1000, yang akan dikembalikan kalo motor sudah dikembalikan). Langsung aja kami berkeliling kota. Kota Hat Yai adalah kota yang tidak terlalu besar. Berbekal peta dari hostel di tangan, kami bisa berkeliling hampir ke seluruh penjuru kota hanya dalam waktu sehari saja. 
 

Wat Hat Yai Nai


Ini adalah tempat pertama yang kami kunjungi di Hat Yai. Ini adalah kuil Buddha terbesar di Hat Yai. Di sini terdapat Buddha Tidur, seperti di Wat Pho Bangkok. Tentu saja kuil yang di Bangkok lebih besar daripada di Hat Yai.
 
Reclyning Buddha di Wat Hat Yai Nai

Salah satu bangunan di kompleks Wat Hat Yai Nai


Magig Eye 3D Museum


Lepas dari Wat Hat Yai Nai, kami pergi ke Magic Eye 3D Museum. Biaya masuk  untuk dewasa sebesar B400. Harga tiket juga termasuk masuk ke pertunjukan sulap. Namun pertunjukan sulap ini nggak tiap hari diadakan, hanya pada weekend dan jam-jam tertentu. Kami beruntung datang di saat yang tepat. Lbih beruntung lagi karena pemaen sulapnya cakep, mirip artis-artis Korea, hehehe
 
Tiket masuk Magic Eye 3D Museum + Magic Show












Pose dulu sama tim sulap.
Hat Yai Municipal Park


Ini adalah tempat wajib bagi para traveler jika berkunjung ke Kota Hat Yai. Tempat ini merupakan paket komplit. Mulai dari Hat Yai Cable Car, Golden Buddha, Laughing Buddha, Ice Dome, Teropong Bintang, dan banyak lagi. Beruntung kami naek motor, kalo nggak, kami bisa saja menggunakan kendaraan umum yang disediakan oleh pihak Hat Yai Municipal Park. Dari tempat ini pula kita bisa melihat skyline kota Hat Yai. Hanya Ice Dome yang saya lewati di tempat ini karena saya pikir tempatnya tentu nggak begitu beda jauh dengan tempat-tempat es buatan di Jakarta atau Surabaya. Biaya masuk untuk Ice Dome sebesar B300. Sedangkan biaya Kami hanya fokus di Golden Buddha, Teropong Bintang, dan Hat Yai Cable Car. Untuk dapat menaiki cable car, tarifnya sebesar B200.

Pintu masuk Hat Yai Municipal Park









Skyline of Hat Yai...tampak patung Dewi Kwan Im



Teropong Bintang








Golden Buddha





Hat Yai Cable Car





Tampak masjid besar di tengah-tengah Kota Hat Yai




Malam hari di Hat Yai, kami pergi ke Asean Night Market di depan Magic Eye 3D Museum. Di Asean Night Market, segala macam barang dijual, mulai dari makanan, pakaian, tas, sandal, apapun. Beruntung kami datang saat weekend, karena Asean Night Market ini dibuka pada saat weekend. Tapi kalau kurang puas berbelanja di Asean Night Market, bisa berkunjung ke Greenway Garden Centre yang letaknya nggak begitu jauh dari Asean Night Market. Untuk barang yang dijual, mirip2. Hanya di Greenway ini banyak toko-toko yang lebih permanen.

Besok paginya, kami memutuskan untuk berjalan-jalan lagi di sekitar hostel. Ternyata di depan Lee Garden Plaza Hotel sepagi itu sudah ramai pasar kaget. Banyak penjual oleh-oleh dan cinderamata di depan hotel dengan harga yang sangat murah. Harga nggak gitu berbeda kalau dibandingkan dengan Asean Night Market ataupun Greenway. Jadi, kalo yang nggak sempat berburu oleh-oleh malam harinya, bisa berjalan santai pagi-pagi ke daerah Lee Garden Plaza Hotel. Nggak cukup disitu, di sekitar jalan itu juga banyak toko-toko yang berjualan pakaian dan segala macam barang dengan harga murah. Benar-benar surganya belanja.

Kami nggak begitu lama disitu, karena harus segera check out dan akan dijemput oleh mini van untuk menuju Penang – Malaysia. Kami dijemput sekitar pukul 09.30. Sayang saya agak lupa berapa tarif van-nya. Tarif van ke Penang sebesar B430. Kami membeli tiket langsung di tempat kami menginap. Van yang kami tumpangi saat itu berisi 11 orang dengan sopir. Banyak juga turis mancanegara yang satu van dengan kami. Kami dijemput di hotel masing-masing. Saatnya sejenak beristirahat sebelum memulai petualangan kembali di Penang.
 
Tim Penang nih...hehe

...to be continued...