Saya jatuh cinta. Untuk kesekian kalinya.
Jangan dipikir banyak ya. Sampai usia saya detik ini, jari-jari di satu tangan
saya saja belum habis untuk menghitung keberapa kalinya. Pun walau saya sudah
tau kalo bakal sakit meneruskan perasaan ini, herannya saya nggak bisa berhenti
begitu aja. Ajaib banget sesuatu yang bernama perasaan itu. Nggak seperti
saklar listrik yang bisa mati seketika begitu ditekan tombol OFF. Bisa membuat
saya ngerasa sepi di tengah ramai, atau bahkan ramai diantara sepi. Saya jatuh cinta sekaligus patah hati.
Nggak perlu ketemu, mendapat pesan atau
telepon dari dia saja sudah mampu jantung saya berdebar lebih kencang dari
biasa. Mendengar namanya disebut, melihat fotonya, atau hal-hal yang
berhubungan dengan dia, sudah sanggup membuat tangan saya terasa bergetar.
Bahkan hanya dengan memikirkannya saja, hati saya bisa saja terasa kadang
hangat, kadang dingin. Badan saya juga jadi panas dingin (duh, meriang dong itu
namanya, haha). Dan kalo dia ada di hadapan saya, rasa-rasanya gerakannya
menjadi slow motion di mata saya, dan
sekeliling kami semua menjadi blur. Rasanya cuma dia yang terlihat. Lebay ya? Emang…tapi itu fakta. Buat yang pernah jatuh
cinta, pasti nggak bakal ada yang menyalahkan pendapat saya.
Dan saya yakin Allah tau betapa susahnya
mengerem perasaan ini. Betapa susahnya menundukkan kepala atau sekedar
mengalihkan pandangan saya dari dia. Betapa susahnya menahan perasaan ini untuk
nggak meluap-luap seperti air bah. Betapa susahnya bersikap biasa seperti tidak
ada apa-apa. Betapa susahnya menahan diri untuk nggak berbuat sesuatu yang
nggak disukai Allah, yang bisa merendahkan martabat saya sebagai seorang
perempuan.Bagaimanapun saya nggak mau rasa ini menjadi mudharat buat saya, buat dia. Saya juga nggak
mau rasa ini dijadikan setan sebegai alat buat mmeperdaya saya. Betapa
susahnya. Tapi saya harus. Saya harus bisa. Betapapun susahnya (duh, ini jarang ketemu..apalagi sering, huft...).
Orang bijak bilang, kesibukan fisik bisa banyak membantu dalam memutus kesibukan hati memikirkan hal-hal yang bikin hati sedih. Tapi nyatanya, saya menulis ini di meja kerja saya, di tengah-tengah tumpukan daftar pekerjaan yang harus saya kerjakan segera. Ternyata kesibukan nggak mampu menipu rindu.
Dapet inspirasi di tengah2 tumpukan benda2 ini |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar