Ini cerita saya seharian di Jogja, mulai dari pagi-pagi buta
hingga langit gelap. From sunrise ‘till sunset.
Menyapa Sunrise di Puncak Suroloyo
Salah satu tempat untuk menyapa matahari terbit di
Yogyakarta adalah Puncak Suroloyo. Terletak di Perbukitan Menoreh Yogyakarta
dengan ketinggian sekitar 1000 mdpl. Saya berangkat pukul 3 pagi dari tengah
kota.
Untuk mencapai puncak Suroloyo, jalanan yang dilalui lumayan
menanjak dan berkelok-kelok. Setelah sampai di tempat yang disediakan untuk
parkir kendaraan, kita masih harus menapaki sekitar hampir 300 anak tangga
untuk mencapai puncaknya.
Jalan menurun sepulang dari puncak Suroloyo |
Di Puncak Suroloyo terdapat Sayangnya, karena tempo hari
saya kesana saat musim hujan, begitu sampai puncak, turun gerimis, dan tentunya
matahari terbit mungkin tidak bisa saya temui saat itu. Syukurlah, gerimis
tidak terlalu lama, sehingga saya bisa menapaki anak tangga hingga puncak.
Di Puncak Suroloyo terdapat bangunan semacam pendopo, yang
dinamakan Pertapaan Suroloyo. Dari atas sini, sebenarnya saya bisa melihat
Candi Borobudur, sayang kabut sehabis hujan membuat pandangan terhalang. Namun,
matahari terbit tetap bisa saya lihat dari atas sini, walaupun agak terlambat.
Negeri Suroloyo di atas awan |
Hold Your Breath At The Top Of The Tree In Kalibiru
Masih di Perbukitan Menoreh, saya langsung menuju Desa
Wisata Kalibiru di daerah Kulon Progo. Desa ini sudah mulai sering dikunjungi
wisatawan, dan style foto yang sangat mainstream adalah...berfoto di atas pohon
sambil menatap Waduk Sermo dari kejauhan. Saya pun nggak ketinggalan mencoba
berfoto disana. Karena ramai, waktu itu saya antre sekitar 1 jam lebih. Setelah
mendapat giliran untuk naik ke atas pohon, cukup 5-10 menit untuk bergaya
macam-macam di atas sana.
Ada 3 spot foto. Makin jauh ke dalam daerah wisata makin murah
tarifnya. Waktu itu saya memilih spot foto dengan tarif Rp.30.000,-. Itu spot
foto yang paling dekat dari pintu masuk (berjalan kaki sekitar 20 menit agak
menanjak). Sebelum naik, tentunya badan kita diikat dengan tali, dan sudah ada
fotografer yang dari kejauhan akan mengambil foto-foto kita. Foto-foto itu bisa
kita ambil melalui transfer hape atau flashdisk dengan tarif Rp.5.000,- per
foto. Cukup murah menurut saya untuk pengalaman. Selain itu kita bisa mencoba
permainan flying fox, naik jembatan gantung, atau bisa juga sekedar menikmati
minuman hangat dari ketinggian.
Wish y ou were here |
Tujuan saya terakhir di hari itu menuju Queen of Resort di
daerah dekat Parangtritis. Bagian belakang dari resort itu menunjukkan
keindahan senja. Pengunjung umum pun bisa masuk dan tidak harus menginap di
resort tersebut. Sayangnya, karena situasi macet, saya agak terlambat memasuki
resort tersebut. Senja sudah tampak saat saya mulai memasuki areanya.
Tidak ingin ketinggalan penampakan sunset, saya segera turun
dari mobil di pinggir jalan menuju Queen of Resort. Saya kurang tau persisnya
dimana. Yang jelas tempat saya berhenti saat itu adalah pinggir tebing pantai
dan terdapat puing-puing bekas reruntuhan gedung. Walau terkesan tidak teratur
dan ditinggalkan, masih ada kecantikan
yang tersisa disitu. Hari itu perjalanan saya, saya akhiri di selatan
Yogyakarta untuk saya lanjutkan esok harinya.
Gunung Api Purba Ngelanggeran
Ada beberapa destinasi yang saya rencanakan akan saya
datangi hari ini. Yang pertama adalah Gunung Api Purba Ngelanggeran. Dataran
tinggi dan perbukitan dengan tebing-tebing batu kokoh yang tegak menjulang
vertikal. Saya naik lumayan tinggi, walau tidak sampai puncak. Sengaja begitu,
karena disamping lelah, saya juga harus mengejar waktu karena ada 2 tempat lagi
yang ingin saya kunjungi.
Itu yg papan paling bawah kayak nama gunung Sun Go Kong |
Superwoman |
Kebun Buah Ngelanggeran
Ini tempat kedua. Dan ketika saya sampai disini, matahari
tepat panas-panasnya di tengah ubun-ubun. Memang salah strategi sih, karena
sebenarnya waktu terbaik mengunjungi tempat ini justru sore hari untuk
menikmati matahari tenggelam. Pemandangan lain yang bisa kita nikmati dari
tempat ini adalah Embung Ngelanggeran. Embung itu seperti kolam besar,
yaaaa...mirip danau lah. Namun saya disini juga tidak terlalu lama....nggak kuat
panasnya, hohoho
Hutan Pinus Wisata Alam Puncak Becici
Ini tempat yang saya rencanakan untuk tempat bersantai
hingga sore. Terkabullah keinginan saya, karena justru saat saya baru memasuki
tempat ini, hujan turun cukup deras. Saya yang tadinya menikmati secangkir kopi
panas di salah satu warung disitu terpaksa harus kembali dan berdiam saja di
dalam mobil. Beruntung hujan tidak turun terlalu lama. Di hutan pinus ini
sebenarnya tidak terlalu banyak tempat yang bisa dilihat. Hanya pohon pinus
saja (ya iyalah...namanya juga hutan pinus, nah elu mau ngeliat apaan lagi,
neng?). Hanya saja, jika pintar mengambil sudut dalam memotret, kita bisa mendapat
hasil yang wow. Ada juga tempat pijakan kayu di atas pohon (mirip seperti di
Kalibiru) jika ingin melihat pemandangan dari atas pohon pinus.
Yogya. Saya malah sering banget datang ke tempat ini. Bisa
sebulan atau dua bulan sekali. Sebenarnya bukan kota baru. Tapi selalu ada hal
baru yang bisa kamu lakukan di Yogya :)
Gerbang Masjid UGM, akhir jalan-jalan saya hari itu |
What's Next??